Entri Populer

Senin, 10 Januari 2011

PDI Perjuangan Harus Menjadi Partainya Wong Cilik

Hari ini 10 Januari 2011 PDI Perjuangan tepat 38 Tahun. Sebagai Partai, tentunya di hari ulang tahun ini sangat penting bila dipakai sebagai momentum untuk melihat perjalanannya di tenga-tengah masyarakat sekaligus untuk mengukuhkan kembali komitmennya. Oleh karena itu, penting kami menyampaikan hal sebagai berikut :

1.   PDI Perjuangan lahir pada 10 Januari 1973 lalu, hasil dari fusi lima partai politik. Yakni  Parkindo, Partai Katolik, IPKI, Murba dan PNI yang  didirikan oleh Bung Karno pada 4 Juli 1927. Fusi tersebut tentu saja atas pressure Orde baru yang menghendaki adanya pengerdilan atas idiologi partai.

2.   Syukur alhamdullilah sekarang  PDI Perjuangan telah mampu melewati upaya pensiasatan Orba dalam upaya pengkerdilan itu. Ini ditandainya dengan mampunya melakukan TUNTAS FUSI yaitu PDI Perjuangan tidak lagi mempermasalahkan fusi. Ketua Umum PDI Perjuangan beserta seluruh kader partai telah bertekad untuk mengambil ideologi Pancasila 1 Juni 1945 sebagai jalan ideologinya.

3.  Penegasan hal tersebut diusampaikan kembali pada saat Kongres PDI Perjuangan III di Denpasar, Bali April 2010 yang lalu : “Kita diajarkan dan ditakdirkan oleh sejarah bahwa perjuangan mengangkat harkat-martabat wong cilik seperti yang dilakukan Bung Karno adalah lebih utama dari urusan bagi-bagi kekuasaan. Saya ingin tegaskan bahwa dalam dialektika dengan rakyat tugas sejarah setiap kader akan dinilai dan tugas sejarah dari partai akan ditimbang. Saya berkeyakinan, dalam kegotong-royongan dan permusyawaratan dengan rakyat, masa depan PDI Perjuangan akan menemukan puncak keemasannya. Karenanya sebagai kader, kita harus berbangga bukan ketika kita bersekutu dengan kekuasaan, tapi ketika kita bersama-sama menangis dan bersama-sama tertawa dengan rakyat. Sebagai  partai ideologis posisi kita sangat jelas, kita tidak akan pernah menjadi bagian dari kekuasaan yang tidak berpihak pada wong cilik. Apalagi dari sudut ketata-negaraan yang kita anut, diskursus mengenai oposisi-koalisi tidak punya pondasi untuk diperdebatkan. Kita tidak perlu terjebak dalam diskursus semacam ini.

4.  Hal tersebut di atas tidak berarti menempatkan PDI Perjuangan menjadi anti kekuasaan. Namun  menegaskan bahwa jika PDI Perjuangan harus memegang tampuk pemerintahan, biarkan itu terjadi karena kehendak rakyat. Dan sebaliknya, jika rakyat menghendaki kita menjadi kekuatan penyeimbang agar prinsip checks and balances bisa berjalan, biarkan kehendak rakyat itu terjadi. Sebagai kekuatan pengontrol dan penyeimbang, PDI Perjuangan  bukan saja diwajibkan untuk mengkritik. Tapi juga untuk mengajukan berbagai alternatif kebijakan. Bagi kepentingan bangsa ini, hal ini sangat strategis karena akan tersedia pilihan-pilihan yang semakin beragam bagi masyarakat untuk memilih.




5.   Di Banten, resistensi wong cilik atas kekuasaan masih cukup  tinggi. Lemahnya bargaining position wong cilik terhadap segenap perangkat kekuasaan menyebabkan wong cilik hampir selalu berada pada posisi marginal. Gizi buruk, minimnya akses masyarakat terhadap pendidikan berkualitas, kesehatan dan pekerjaan serta penghidupan yang layak menjadi sederet masalah wong cilik yang masih mengedepan.    Dalam praksis politik bisa jadi partai politik apapun mengalami penurunan kepercayaan publik, namun saya meyakini PDI Perjuangan masih menjadi tumpuan pilihan untuk kembali ke jalan yang benar, yakni jalan ideologi. Jalan yang dibangun untuk dilalui wong cilik menuju harapan dan masa depannya. Karena kedekatan PDI Perjuangan selama ini dengan wong cilik adalah pilihan ideologi.

6.   PDI Perjuangan perlu mengubah dirinya menjadi partai modern. Sebab, bila partai politik tidak dapat beranjak dari fungsi konvensionalnya yang sebatas perebutan kekuasaan semata, maka dalam konteks dinamika sosial yang ada, partai politik tidak akan menemukan makna perjuangannya. Kini, masyarakat tidak lagi memandang politik sebatas ikatan ideologis dan keyakinan semata. Masyarakat modern lebih melihat po­litik sebagai proses aktualisasi diri dan kepentingan mereka yang akan diwujudkan dalam bentuk kebijakan publik. Dalam hal ini apa yang disebut dengan partisipasi rakyat menjadi satu kunci dalam mengidentifikasi kiprah lembaga-lembaga sosial politik, dalam hal ini partai politik.

7. Seberapa jauh PDI Perjuangan mampu menuntaskan pekerjaan ideologinya untuk bersama-sama wong cilik melakukan perubahan ? Jawabannya tentu saja terletak pada semangat juang para pekerja partai untuk melakukan serangkain momentum politik yang mendekatkan wong cilik pada hakikat legitimasinya: pemilik kedaulatan yang berhak untuk hidup jauh lebih baik di negerinya sendiri. Dirgahayu PDI Perjuanagan, semoga ke depan lebih baik. Merdeka !!!!! 


Ananta Wahana Sekretaris DPD PDI Perjuangan Banten

Tidak ada komentar: